Jumat, 28 Februari 2014

PARA PELUKIS LANGIT



PARA PELUKIS LANGIT
 Resensi ini ditulis oleh: Elga Dwi Mustika

http://divapress-online.com/uploaded/images/product/ori/1990_Para-Pelukis-Langit-Bening-.jpg

Judul         : Para Pelukis Langit
Penulis       : Bung Pram   
Penerbit     : Bening
Edisi         : Pertama, 2012
Tebal        : 410 halaman
Harga        : Rp32.000

‘’ Hal yang paling memalukan dalam diri seseorang laki-laki adalah takut terhadap kemampaun diri sendiri untuk mengejar mimpi. Jangan berfikir menemui jalan yang nyaman jika menginginkan kebebasan. Hanya jalan yang penuh rintangan yang menjanjikan kesuksesan lahir dan batin.’’
     Novel karya Bung Pram ini sangat cocok untuk semua kalangan terutama anak remaja saat ini, karena novel ini mengandung banyak pesan moral yang dapat diambil dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Novel ini bercerita tentang kisah Sembilan anak desa dikecamatan Tanggungharjo, mereka terdiri dari Soep, Imam, Supri, Agus, Slamet, Darminto, Listanto, Kimon, dan Yoga. Tanggungharjo adalah sebuah desa yang begitu indah dan penuh kedamaian. Disana sembilan anak desa tadi hidup dengan penuh kebersamaan dan kekeluargaan, mereka bersekolah di SMP Negeri 2 Kedung Jati. Disana mereka pernah berikrar ingin menjadi manusia yang berguna bagi tanah air. Pada suatu hari mereka mereka berkumpul di stasiun Tanggung untuk membentuk geng. Geng mereka bernama OBENK yang merupakan akronim dari orang bengkel nakal. Bagi mereka OBENK adalah satu-satunya sarana bagi mereka untuk bertahan dari segala tantangan. Dikehidupan mereka yang terlalu banyak adat dan ritual, mereka tetap berusaha untuk terus mempertahankan adat tersebut, malah mereka bertekad ingin mengubah nasib mereka menjadi lebih baik dari kehidupan orang tua mereka yang sekarang.

Pada akhir tahun pelajaran, sekolah mereka akan mengadakan study tour kejakarta, mereka ingin sekali ikut study tour itu, tapi mereka bingung akan pergi dengan apa, karena mereka tau kehidupan orang tua mereka pas-pasan bahkan tidak cukup untuk membiayai kebutuhan sehari-hari. Dan pada saat jam sekolah berakhir, mereka berkumpul di sasiun Tanggung untuk membicarakan bagaimana caranya mereka mendapatkan uang untuk study tour itu, disana mereka saling bertukar fikiran, sampai ditemukan sebuah ide yang menurut mereka bisa untuk mencari uang untuk study tour. Ide itu adalah mereka berusaha mencari belalang dan menguras pasir dikali untuk dijual dan mendapatkan uang, pekerjaan itu mereka lakukan selama 1 minggu penuh hinnga akhirnya uang mereka telah terkumpul dan mereka bagi sama banyak. seperti ketika mereka sepakat mencari pasir kali untuk menambah uang saku piknik ke Jakarta, mereka tidak pernah berputus asa dan tidak pernah mengeluh akan kondisi orang tua mereka yang serba pas-pasan. Sembilan anak ini berjuang mewujudkan cit-cita mereka. Ditengah keterbatasan kondisi lingkungan, mereka hidup di sebauh desa didaerah Purwodadi mereka tidak patah semangat. Justru, pelajaran hidup diperoleh mereka dari lingkungan sekitar, tidak sekedar dari bangku sekolah. Berkat semangat mereka yang tinggi, akhirnya mereka bisa mewujudkan cita-cita mereka dan mendapatkan kehidupan yang lebih layak.
‘’Jangan Tanya Apa yang Negara telah berikan padamu, tapi bertanyalah apa yang telah engkau berikan pada bangsa.’’
          Sebagaimana judul buku ini, kita disuguhkan pada perjalanan yang penuh petualangan. Namun tidak hanya itu, ada yang jauh lebih penting daripada petualangan, yaitu rasa kebersamaan dan kesetiakawanan yang tinggi. Bagaimana mereka selalu bersama dalam suka dan duka. Membaca novel ini sangat menyenangkan, karena dilengkapi dengan cover yang menarik. Novel ini juga mengandung kata-kata indah ( kata mutiara) yang dapat memotivasi kita akan pentingnya semangat dalam menjalani hidup ini. Namun juga dapat mengajari kita untuk berfikir kritis mencari makna yang tersirat dari kata-kata mutiara tersebut. Novel ini juga sangat terjangkau harganya. Namun, terlepas dari keunggulan-keunggulan tersebut, novel ini juga memiliki sejumlah kekurangan disana-sini. Kekurangan tersebut ialah novel ini tidak dilengkapi pembatas buku sehingga mempersulit kita untuk menandai halaman yang kita baca , tulisan pada novel ini juga dapat dikatakan kecil, hal ini dapat mempersulit orang yang rabun untuk membacanya, dan kata-kata yang digunakan dalam novel ini sulit untuk dimengerti, karena bahasa yang digunakan sangat tinggi, sehingga mempesulit pemula untuk menemukan makna dari novel ini. Kertas yang digunakan pada novel ini juga kurang bagus, sehingga dapat mengurangi minat baca seseorang yang membacanya.
          Dengan membaca novel ini bisa menginspirasikan kita akan pentingnya semangat juang yang tinggi dalam meraih cita-cita dan mengubah nasib menjadi lebih baik lagi. Novel ini juga bisa menjadi contoh bagi kita untuk terus maju dan pantang mundur, karena keberhasilan itu hanya akan dapat diraih melalui kerja keras yang tinngi dan usaha yang sungguh-sungguh. Yakinlah dibalik kesusahan pasti ada kemudahan, karena Allah tidak akan pernah memberikan cobaan kepada hambanya diluar kemampuan hambanya.
          Semoga novel ini bermanfaat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar