PARA PELUKIS LANGIT
Resensi ini ditulis oleh: Elga Dwi Mustika
Judul : Para Pelukis
Langit
Penulis : Bung Pram
Penerbit : Bening
Edisi :
Pertama, 2012
Tebal :
410 halaman
Harga : Rp32.000
‘’
Hal yang paling memalukan dalam diri seseorang laki-laki adalah takut terhadap
kemampaun diri sendiri untuk mengejar mimpi. Jangan berfikir menemui jalan yang
nyaman jika menginginkan kebebasan. Hanya jalan yang penuh rintangan yang
menjanjikan kesuksesan lahir dan batin.’’
Novel karya Bung Pram ini sangat cocok untuk semua
kalangan terutama anak remaja saat ini, karena novel ini mengandung banyak
pesan moral yang dapat diambil dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Novel
ini bercerita tentang kisah Sembilan anak desa dikecamatan Tanggungharjo,
mereka terdiri dari Soep, Imam, Supri, Agus, Slamet, Darminto, Listanto, Kimon,
dan Yoga. Tanggungharjo adalah sebuah desa yang begitu indah dan penuh
kedamaian. Disana sembilan anak desa tadi hidup dengan penuh kebersamaan dan kekeluargaan,
mereka bersekolah di SMP Negeri 2 Kedung Jati. Disana mereka pernah berikrar
ingin menjadi manusia yang berguna bagi tanah air. Pada suatu hari mereka
mereka berkumpul di stasiun Tanggung untuk membentuk geng. Geng mereka bernama
OBENK yang merupakan akronim dari orang bengkel nakal. Bagi mereka OBENK adalah
satu-satunya sarana bagi mereka untuk bertahan dari segala tantangan.
Dikehidupan mereka yang terlalu banyak adat dan ritual, mereka tetap berusaha
untuk terus mempertahankan adat tersebut, malah mereka bertekad ingin mengubah
nasib mereka menjadi lebih baik dari kehidupan orang tua mereka yang sekarang.
Pada akhir tahun pelajaran, sekolah mereka akan
mengadakan study tour kejakarta, mereka ingin sekali ikut study tour itu, tapi
mereka bingung akan pergi dengan apa, karena mereka tau kehidupan orang tua
mereka pas-pasan bahkan tidak cukup untuk membiayai kebutuhan sehari-hari. Dan
pada saat jam sekolah berakhir, mereka berkumpul di sasiun Tanggung untuk
membicarakan bagaimana caranya mereka mendapatkan uang untuk study tour itu,
disana mereka saling bertukar fikiran, sampai ditemukan sebuah ide yang menurut
mereka bisa untuk mencari uang untuk study tour. Ide itu adalah mereka berusaha
mencari belalang dan menguras pasir dikali untuk dijual dan mendapatkan uang,
pekerjaan itu mereka lakukan selama 1 minggu penuh hinnga akhirnya uang mereka
telah terkumpul dan mereka bagi sama banyak. seperti ketika mereka sepakat
mencari pasir kali untuk menambah uang saku piknik ke Jakarta, mereka tidak
pernah berputus asa dan tidak pernah mengeluh akan kondisi orang tua mereka
yang serba pas-pasan. Sembilan anak ini berjuang mewujudkan cit-cita mereka.
Ditengah keterbatasan kondisi lingkungan, mereka hidup di sebauh desa didaerah
Purwodadi mereka tidak patah semangat. Justru, pelajaran hidup diperoleh mereka
dari lingkungan sekitar, tidak sekedar dari bangku sekolah. Berkat semangat
mereka yang tinggi, akhirnya mereka bisa mewujudkan cita-cita mereka dan
mendapatkan kehidupan yang lebih layak.
‘’Jangan Tanya Apa
yang Negara telah berikan padamu, tapi bertanyalah apa yang telah engkau
berikan pada bangsa.’’
Sebagaimana
judul buku ini, kita disuguhkan pada perjalanan yang penuh petualangan. Namun
tidak hanya itu, ada yang jauh lebih penting daripada petualangan, yaitu rasa
kebersamaan dan kesetiakawanan yang tinggi. Bagaimana mereka selalu bersama
dalam suka dan duka. Membaca novel ini sangat menyenangkan, karena dilengkapi
dengan cover yang menarik. Novel ini juga mengandung kata-kata indah ( kata
mutiara) yang dapat memotivasi kita akan pentingnya semangat dalam menjalani
hidup ini. Namun juga dapat mengajari kita untuk berfikir kritis mencari makna
yang tersirat dari kata-kata mutiara tersebut. Novel ini juga sangat terjangkau
harganya. Namun, terlepas dari keunggulan-keunggulan tersebut, novel ini juga
memiliki sejumlah kekurangan disana-sini. Kekurangan tersebut ialah novel ini
tidak dilengkapi pembatas buku sehingga mempersulit kita untuk menandai halaman
yang kita baca , tulisan pada novel ini juga dapat dikatakan kecil, hal ini
dapat mempersulit orang yang rabun untuk membacanya, dan kata-kata yang
digunakan dalam novel ini sulit untuk dimengerti, karena bahasa yang digunakan
sangat tinggi, sehingga mempesulit pemula untuk menemukan makna dari novel ini.
Kertas yang digunakan pada novel ini juga kurang bagus, sehingga dapat
mengurangi minat baca seseorang yang membacanya.
Dengan
membaca novel ini bisa menginspirasikan kita akan pentingnya semangat juang
yang tinggi dalam meraih cita-cita dan mengubah nasib menjadi lebih baik lagi.
Novel ini juga bisa menjadi contoh bagi kita untuk terus maju dan pantang
mundur, karena keberhasilan itu hanya akan dapat diraih melalui kerja keras
yang tinngi dan usaha yang sungguh-sungguh. Yakinlah dibalik kesusahan pasti
ada kemudahan, karena Allah tidak akan pernah memberikan cobaan kepada hambanya
diluar kemampuan hambanya.
Semoga
novel ini bermanfaat.